Kamis, 18 Desember 2014



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di dunia. Setiap tahun terdapat 9 juta kasus baru dan kasus kematian hampir mencapai 2 juta manusia. Di semua negara telah terdapat penyakit ini, tetapi yang terbanyak di Afrika sebesar 30%, Asia sebesar 55%, dan untuk China dan India secara tersendiri sebesar 35% dari semua kasus tuberkulosis.
Laporan WHO (global reports 2010), menyatakan bahwa pada tahun 2009 angka kejadian TB di seluruh dunia sebesar 9,4 juta (antara 8,9 juta hingga 9,9 juta jiwa) dan meningkat terus secara perlahan pada setiap tahunnya dan menurun lambat seiring didapati peningkatan per kapita. Prevalensi kasus TB di seluruh dunia sebesar 14 juta (berkisar 12 juta sampai 16 juta). Jumlah penderita TB di Indonesia mengalami penurunan, dari peringkat ke tiga menjadi peringkat ke lima di dunia, namun hal ini dikarenakan jumlah penderita TB di Afrika Selatan dan Nigeria melebihi dari jumlah penderita TB di Indonesia. Estimasi prevalensi TB di Indonesia pada semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahun. Selain itu, kasus resistensi merupakan tantangan baru dalam program penanggulangan TB. Pencegahan meningkatnya kasus TB yang resistensi obat menjadi prioritas penting.
Laporan WHO tahun 2007 menyatakan persentase resistensi primer di seluruh dunia telah terjadi poliresistensi 17,0%, monoresistensi terdapat 10,3%, dan Tuberculosis - Multidrug Resistant (TB-MDR) sebesar 2,9 %. Sedangkan di Indonesia resistensi primer jenis MDR terjadi sebesar 2%. Kontak penularan M. tuberculosis yang telah mengalami resistensi obat akan menciptakan kasus baru penderita TB yang resistensi primer, pada akhirnya mengarah pada kasus multi-drug resistance (MDR). Ketika dilaporkan adanya beberapa kasus resistensi obat TB di beberapa wilayah di dunia hingga tahun 1990-an, masalah resistensi ini belum dipandang sebagai masalah yang utama. Penyebaran TB-MDR telah meningkat oleh karena lemahnya program pengendalian TB, kurangnya sumber dana dan isolasi yang tidak adekuat, tindakan pemakaian ventilasi dan keterlambatan dalam menegakkan diagnosis suatu TB-MDR.
Semakin jelas bahwa kasus resistensi merupakan masalah besar dalam pengobatan pada masa sekarang ini. WHO memperkirakan terdapat 50 juta orang di dunia yang telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis yang telah resisten terhadap OAT dan dijumpai 273.000 (3,1%) dari 8,7 juta TB kasus baru pada tahun 2000. Berdasarkan wilayah administratif di Indonesia, Provinsi Jawa Timur menempati urutan ke 8 angka temuan kasus TBC paru terbesar tahun 2007, meskipun belum mencapai target yang ditetapkan. Sebaran angka temuan kasus tersebut yaitu DKI Jakarta(88,14%), Sulawesi Utara (81,36%), Banten (74,62%), Jawa Barat (67,57%), Sumatra Utara (65,48%), Gorontalo (62,15%), Bali (61,39%), Jawa Timur (59,83%), DI Yokyakarta (53,23%), Sumatra Barat (51,36%) (Depkes RI, 2007)
1.2  Tujuan Penulisan
1.2.1        Tujuan Khusus
1.      Menjelaskan konsep dasar tuberkulosis.
2.      Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan penyakit gangguan sistem pernafasan akibat tuberkulosis, meliputi :
a.       Pengkajian tuberkulosis
b.      Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada klien dengan tuberkulosis.
c.       Melakukan perencanaan pada klien dengan tuberkulosis.
1.2.2        Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit gangguan sistem pernafasan akibat tuberkulosis.
1.3  Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dalam penyususnan makalah ini adalah :
1.      Mendapatkan pengetahuan tentang tuberkulosis.
2.      Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan tuberkulosis.
1.4  Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS berisi tentang konsep dasar penyakit : pengertian, penyebab, anatomi dan fisiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi dan pemeriksaan penunjang. Konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien tuberkulosis : pengkajian, pathway/analisis data dan perencanaan.
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN berisi tentang tinjauan kasus : pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan yang muncul, intervensi sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan, implementasi yang dilakukan dan evaluasi tindakan keperawatan.
BAB IV PENUTUP meliputi kesimpulan dan saran.






















BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1  Konsep Dasar Penyakit Tuberkulosis Paru
2.1.1        Pengertian
Tuberkulosis paru adalah penyakit kronik, menular, yang disebabkan oleh M.Tuberculosis, yang ditandai oleh jaringan granulasi nekrotik (perkijuan) sebagai respons terhadap kuman tersebut (Stanley L.Robbins,1999).
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya mengenai paru, tetapi mungkin menyerang semua organ atau jaringan ditubuh. Biasanya bagian tengah granuloma tuberkular mengalami nekrosis perkijuan ( Robbins, 2007).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lain (Brunner & Suddarth, 2002).
Berdasarkan dari beberapa pernyataan para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis terutama menyerang parenkim paru, dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe.
2.1.2        Anatomi dan Fisiologi
a.      Anatomi
Sistem pernapasan terdiri dari :
§  Hidung merupakan saluran udara yang pertama, berfungsi mengulirkan udara ke dan dari paru-paru.
§  Faring atau tenggorokan. Struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring.
§  Laring atau pangkal tenggorokan merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea
§  Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang dari tulang-tulang rawan
§  Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea terdiri dari bronkus kiri dan kanan
§  Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdir dari gelembung alveoli
b.      Fisiologi
Proses pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terdapat pada paru-paru. Proses ini terdiri dari 3 tahap yaitu :
§  Ventilasi merupakam proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau jari alveoli ke atmosfer
§  Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dan alveoli dengan kapiler paru dan Co2 di kapiler dengan alveoli
§  Transportasi gas merupakan proses pendistribusian oksigen kapiler ke jaringan tubuh dan Co2  jaringan tubuh ke kapiler.
2.1.3        Etiologi
Penyebab penyakit tuberkulosis paru adalah bakteri mycobacterium tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu than terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikkan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang pendeirta ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberkulosis:
1.      Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan.
2.      Jenis kelamin : pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan
3.      Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
4.      Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat
5.      Keadaan stress : situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik)
6.      Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi
7.      Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah
8.      Nutrisi : status nutrisi kurang
9.      Infeksi berulang : HIV, measles, pertusis
10.  Tidak mematuhi aturan pengobatan.














2.1.4        Patofisiologi
Myobacterium tuberculosis
Saluran pernafasan

Saluran pernafasan atas                                      saluran pernafasan bawah
Bakteri besar bertahan di bronkus                                       paru-paru
Peradangan bronkus                                                alveolus
Penumpukan sekret                                         terjadi perdarahan
efektif             tdk efektif                                         penyebaran bakteri
 sekret keluar        sekret sulit                                      secara limfa hematogen
  saat batuk           dikeluarkan                                            keletihan  
Flowchart: Process: Intoleransi aktivitasFlowchart: Process: Bersihan jalan nafas tdk efektif  batuk terus         
    menerus
terhisap orang sehat                 alveolus mengalami konsolidasi & eksudasi





Text Box: Resiko penyebaran
infeksi


Flowchart: Process: Gangguan pertukaran gas
 














2.1.5        Klasifikasi
Menurut Dep. Kes (2003), klasifikasi TB paru dibedakan atas :
1.      Berdasarkan organ yang terinvasi
TB paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru dibagi menjadi 2, yaitu:
a.       TB paru BTA positif
Disebut TB paru BTA (+) apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau 1 spesimen dahak SPS positif disertai pemeriksaan radiologi paru menunjukkan gambaran TB aktif.
b.      TB paru BTA negatif
Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif dan pemeriksaan radiologi dada menunjukkan gambaran TB aktif. TB paru dengan BTA (-) dan gambaran radiologi positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan, bila menunjukkan keparahan yakni kerusakan luas dianggap berat.
TB paru ekstra yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (perikardium), kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, dan alat kelamin. TB ekstra paru dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya yaitu :
c.       TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
d.      TB ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis, TB tulang belakang, TB saluran kencing dan alat kelamin.
2.      Berdasarkan tipe penderita
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita:
a.       Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan obat anti tuberkulosis (OAT) kurang dari 1 bulan
b.      Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali berobat dengan hasil pemeriksaan BTA positif
c.       Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/ pindah.
d.      Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datng kembali berobat.
2.1.6        Manifestasi klinik
Gejala akibat TB paru adalah batuk produktif yang berkepanjangan (lebih dari 3 minggu), nyeri dada, dan hemoptitus.
Gejala sistemik termasuk demam, menggigil, keringat malam, kelemahan, hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan.
2.1.7        Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), komplikasi yang terjadi pada stadium lanjut
1.      Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas.
2.      Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3.      Bronkietasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4.      Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
2.1.8        Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien tuberculosis paru yaitu:
a.       Kultur sputum: positif untuk mycobacterium tuberculosis pada tahap akhir penyakit.
b.      Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
c.       Tes kulit (mantoux, potongan vollmer): reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra dermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
d.      Elisa/Wostern Blot: dapat menyatakan adanya HIV.
e.       Foto thorak: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpangan kalsium lesi sembuh primer atau effuse cairan.
f.       Histologi atau kultur jaringan paru: positif untuk mycobacterium tuberculosis
g.       Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granulana Tb, adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis
h.      Nektrolit: dapat tidak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi.
i.        GDA: dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
j.        Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).
2.1.9        Penatalaksanaan Medis
1.      Pencegahan
a.       Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaulerat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif.
b.      Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan missal terhadap kelompok – kelompok populasi tertentu misalnya : karyawan rumah sakit, siswa –siswi pesantren.
c.       Vaksinasi BCG
d.      Kemofolaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6 – 12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit.
e.       Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosis kepada masyarakat.
2.      Pengobatan
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi (agen antituberkulosis ) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi garis depan digunakan adalah Isoniasid ( INH ), Rifampisin ( RIF ), Streptomisin ( SM ), Etambutol ( EMB ), dan Pirazinamid ( PZA ). Kapremiosin, kanamisin, etionamid, natrium para-aminosilat, amikasin, dan siklisin merupakan obat – obat baris kedua.

2.2  Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tuberkulosis
2.2.1        Pengkajian
a.       Riwayat kesehatan sebelum masuk rumah sakit : klien mengatakan mengeluh batuk-batuk, panas, dingin pada malam hari sekitar 4 minggu lalu. Keluarga membawanya kerumah sakit
b.      Saat masuk rumah sakit : klien merasa sesak, klien juga hanya bisa berbaring di tempat tidur segala aktivitasnya dibantu oleh keluarganya.
c.       Saat dikaji : peristiwa yang menyebabkan psien dibawa ke rumah sakit adalah mengeluh batuk-batuk, panas, dingin pada malam hari. Klien tampak terlihat lemas. Saat dikaji terlihat wajah klien meringis kesakitan karna sesak dan hanya berbaring di tempat tidur.
2.2.2        Pathway/analisa data
No
Data
Etiologi
Masalah
1
DS : Klien mengatakan sulit bernafas bila dahak dikeluarkan
DO : 
-          terdengar suara ronchi pada paru kanan dan kiri
-          RR : 28x/ menit
-          Pasien batuk berdahak
Mycrobacterium tuberculosis
Saluran pernafasan atas
Bakteri bertahan di bronkus
Peradangan bronkus
Penumpukan sekret
Tidak efektif
Sekret sulit dikeluarkan
Bersihan jalan nafas tidak efektif
2
DS : -
DO :
-          terdengar suara ronchi pada paru kanan dan kiri
-          RR : 28x/ menit

Mycrobacterium tuberculosis
Saluran pernafasan bawah
Paru-paru
Alveolus
Terjadi perdarahan
Alveolus mengalami konsolidasi dan eksudasi
Gangguan pertukaran gas
3
DS : Klien mengatakan sesak bertambah jika beraktivitas
DO :
-           Klien dimandikan oleh keluarga
-          RR 28x/menit

Mycrobacterium tuberculosis
Saluran pernafasan bawah
Paru-paru
Alveolus
Terjadi perdarahan
Penyebaran bakteri secara limfa hematogen
keletihan
Intoleransi aktivitas
4
DS : -
DO :
-          Batuk berdahak
-          Hasil foto thorax TBC duplex
Mycrobacterium tuberculosis
Saluran pernafasan atas
Bakteri bertahan di bronkus
Peradangan bronkus
Penumpukan sekret
Efektif
Sekret keluar saat batuk
Batuk terus menerus
Terhisap orang sehat
Resiko penyebaran infeksi




2.2.3        Diagnosa keperawatan
a.       Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekret
b.      Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan membran alveolar
c.       Intoleransi aktivitas b.d keletihan dan inadekuat oksigen untuk aktivitas.
d.      Resiko penyebaran infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat, kerusakan jaringan, penekanan proses inflamasi, mal nutrisi.
2.2.4        Perencanaan Keperawatan
No
Diagnose
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Dx 1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam, klien memenuhi kriteria :
·         pasien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan sekret tanpa bantuan
1.      Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, irama, dan
kelemahan dan penggunaan otot bantu).
2.      Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
3.      Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi.
4.      Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai keperluan.
5.      Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 m/hari kecuali kontra indikasi
1.      Peningkatan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis, ronchi, mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot akseseri pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.
2.      Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal sputum berdarah kental/darah cerah (misal efek infeksi, atau tidak kuatnya hidrasi).
3.      Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan.
4.      Mencegah obstruksi respirasi, penghisapan dapat diperlukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
5.      Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret, membantu untuk mudah dikeluarkan.
2
Dx 2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam, klien memenuhi kriteria :
·         melaporkan tidak adanya penurunan dyspnea
·         menunjukkan perbaikan ventilasi dan O2 jaringan adekuat dengan AGP dalam rentang normal, bebes dari gejala, distres pernafasan.

1.      Kaji dispnea, takipnea, tidak normal atau menurunnya bunyi nafas, peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan.
2.      Evaluasi tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
3.      Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan bantu aktivitas pasien sesuai keperluan.
4.      Kolaborasi medis pemberian oksigen
1.      TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas nekrosis effure pleural untuk fibrosis luas.
2.      Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat mengganggu O2 organ vital dan jaringan.
3.      Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
4.      Mencegah pengeringan membran mukosa, membantu pengenceran sekret.
3
Dx 3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam, klien memenuhi kriteria :
·         pasien mampu melakukan aktifitas secara mandiri dan tidak kelelahan setelah beraktivitas.
1.      Jelaskan aktivitas dan faktor yang meningkatkan kebutuhan oksigen seperti merokok. suhu sangat ekstrim, berat badan kelebihan, stress.
2.      Secara bertahap tingkatan aktivitas harian klien sesuai peningkatan toleransi.
3.      Memberikan dukungan emosional dan semangat.
4.      Setelah aktivitas kaji respon abnormal untuk meningkatkan aktivitas.
1.      merokok, suhu ekstrim dan stress menyebabkan vasokastriksi yang meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen, berat badan berlebihan, meningkatkan tahapan perifer yang juga meningkatkan beban kerja jantung.
2.      mempertahankan pernafasan lambat, sedang dan latihan yang diawasi memperbaiki kekuatan otot asesori dan fungsi pernafasan.
3.      rasa takut terhadap kesulitan bernafas dapat menghambat peningkatan aktivitas.
4.      intoleransi aktivitas dapat dikaji dengan mengevaluasi jantung sirkulasi dan status pernafasan setelah beraktivitas.
4
Dx 4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam, klien memenuhi kriteria :
·         pasien mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko penyebaran infeksi, melakukan perubahan pola hidup.

1.      Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi ' melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah.
2.      Identifikasi orang lain yang beresiko, missal: anggota keluarga, sahabat karib/teman.
3.      Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, missal: masker atau isolasi pernafasan.
4.      Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah. Kaji pembuangan tisu sekali pakai dan teknik mencuci tangan yang tepat, dorong untuk mengulangi demonstrasi.
5.      Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
1.      membantu pasien menyadari/menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang atau komplikasi serta membantu pasien atau orang terdekat untuk mengambil langkah untuk mencegah infeksi ke orang lain.
2.      orang-orang yang terpejan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran/terjadinya infeksi.
3.      dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular.
4.      perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran
5.      periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.

















BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1  Tinjauan Kasus
3.1.1        Pengkajian
a.       Identitas Pasien
Nama initial                            : Tn. H
Umur                                      : 55 tahun
Jenis Kelamin                         : Laki-laki
Status Perkawinan                   : Menikah
Jumlah Anak                          : 2
Agama/suku                            : Islam
Warga Negara                         : Indonesia
Bahasa yang digunakan                      : Bahasa Indonesia
Pendidikan                              : -
Pekerjaan                                : Wiraswata
Alamat rumah                         : Andir bandung
b.      Penanggung Jawab
Nama                                      : Tn. S
Alamat                                                : Andir Bandung Hubungan dengan klien                    : Anak
c.       Riwayat Keperawatan
Sebelum masuk rumah sakit   : Klien mengatakan mengeluh batuk-batuk selama 4 hari, batuk    berdahak berwarna kuning, sesak saat beraktivitas maupun istirahat.
Saat masuk rumah sakit                      : Klien merasa sesak dan mengeluh pusing
Saat dikaji                               : Klien mengeluh sesak, merasa pusing dan batuk berdahak




3.1.2        Analisa Data
No
Data
Etiologi
Masalah
1
DS : klien mengeluh batuk dan sesak nafas
DO : terdapat secret berwarna kuning
Mycrobacterium tuberculosis


 
Saluran pernafasan atas


 
Bakteri bertahan di bronkus


 
Peradangan bronkus

Penumpukan secret


 
Tidak efektif

Secret sulit dikeluarkan

Bersihan jalan nafas tidak efektif
2
DS : klien mengatakan sesak bertambah jika beraktivitas
DO  : Klien dimandikan oleh keluarga
         RR 28x/menit

 Mycrobacterium tuberculosis

Saluran pernafasan bawah


 
Paru paru
 

Alveolus

Terjadi perdarahan

Penyebaran bakteri secara limfa hematogen
 

keletihan
Intoleransi aktivitas

3.1.3        Diagnosa Keperawatan
No
Diagnosa
1
Bersiham jalan nafas b.d akumulasi sekret
2
Intoleransi aktivitas b.d keletihan dan inadekuat oksigen untuk aktivitas

3.1.4        Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam, klien memenuhi kriteria :
-          pasien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan sekret tanpa bantuan
1.      Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, irama, dan
kelemahan dan penggunaan otot bantu).
2.      Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
3.      Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi.
4.      Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai keperluan.
5.      Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 m/hari kecuali kontra indikasi
1.      Peningkatan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis, ronchi, mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot akseseri pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.
2.      Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal sputum berdarah kental/darah cerah (misal efek infeksi, atau tidak kuatnya hidrasi).
3.      Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan.
4.      Mencegah obstruksi respirasi, penghisapan dapat diperlukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
5.      Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret, membantu untuk mudah dikeluarkan.
2
2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam, klien memenuhi kriteria :
-          pasien mampu melakukan aktifitas secara mandiri dan tidak kelelahan setelah beraktivitas.
1.      Jelaskan aktivitas dan faktor yang meningkatkan kebutuhan oksigen seperti merokok. suhu sangat ekstrim, berat badan kelebihan, stress.
2.      Secara bertahap tingkatan aktivitas harian klien sesuai peningkatan toleransi.
3.      Memberikan dukungan emosional dan semangat.
4.      Setelah aktivitas kaji respon abnormal untuk meningkatkan aktivitas.
1.      merokok, suhu ekstrim dan stress menyebabkan vasokastriksi yang meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen, berat badan berlebihan, meningkatkan tahapan perifer yang juga meningkatkan beban kerja jantung.
2.      mempertahankan pernafasan lambat, sedang dan latihan yang diawasi memperbaiki kekuatan otot asesori dan fungsi pernafasan.
3.      rasa takut terhadap kesulitan bernafas dapat menghambat peningkatan aktivitas.
4.      intoleransi aktivitas dapat dikaji dengan mengevaluasi jantung sirkulasi dan status pernafasan setelah beraktivitas.

3.1.5        Implementasi Keperawatan
Hari/Tanggal
No Diagnosa
Implementasi Keperawatan
Respon Klien
6 juni 2014/ 11.00 WIB
1
1.      Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, irama, dan
kelemahan dan penggunaan otot bantu).
2.      Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
3.      Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi.
1.      Respirasi 24x/menit
2.      Sudah tidak terdapat sekret.
3.      Tidak sesak nafas.
6 juni 2014/ 12.00 WIB
2
1.      Secara bertahap tingkatan aktivitas harian klien sesuai peningkatan toleransi.
2.      Memberikan dukungan emosional dan semangat.

1.      Klien mampu melakukan aktivitas sendiri.




3.1.6        Evaluasi
Hari/ Tanggal
No Diagnosa
Evaluasi Keperawatan
Paraf
6 juni 2014/ 13.00 WIB
1
S: klien mengeluh batuk dan sesak nafas
O : observasi TTV
-          TD = 120/80 mmHg
-          N = 80x/menit
-          R = 24x/menit
-          S = 360C
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

6 juni 2014/ 13.00 WIB
2
S : klien mengatakan sesak saat beraktivitas maupun beristirahat.
O : klien tidak sesak nafas lagi
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dipertahankan


3.2  Pembahasan
Diagnosa keperawatan yang pertama kami ambil adalah
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekret
Alasannya bersihan jalan nafas sangat penting untuk pernafasan karena merupakan saluran perafasan bagian atas yang berfungsi untuk ventilasi pernafasan.
Tindakan yang diberikan adalah mengkaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kelemahan dan penggunaan otot bantu) dan mencatat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis serta berikan klien posisi semi atau fowler tinggi.
Hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan diatas adalah sesak nafas klien berkurang.
2.      Intoleransi aktivitas b.d keletihan dan inadekuat oksigen untuk aktivitas.
Alasannya karena klien mengeluh sesak saat melakukan aktivitas ataupun pada saat beristirahat.
Tindakan yang dilakukan adalah secara bertahap meningkatkan aktivitas harian klien sesuai peningkatan toleransi dan memberikan dukungan emosional dan semangat.
Evaluasi dari tindakan yang dilakukan adalah klien mampu melakukan aktivitas sendiri.


























BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis terutama menyerang parenkim paru, dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktifkembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apical paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apical ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis.
4.2  Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan tuberkulosis.
















DAFTAR PUSTAKA

Anderson, P. S. (2006). Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
L.Robbins, S. (n.d.). Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC.
Soma, P. C. (2005). Ringkasan Patologi Anatomi . Jakarta: EGC.
Suddarth, B. &. (2002). Buku Ajar Medikal Bedah . Jakarta: EGC.


pengunjung

free hit counter