Pengenalan
obat
Obat adalah suatu bahan atau
paduan bahan-bahan yang digunakan untuk menetapkan
diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah
pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian
badan manusia’.
Farmakologi adalah ilmu pengetahuan yg berhubungan dengan obat-obatan/
ilmu yg mempelajari tentang obat
Beberapa ilmu yg terkait dlm farmakologi meliputi
Farmakodinamika, Farmakokinetika, Farmakoterapi , Farmakognosi, Toksikologi dan Farmasetik.
Ø 4 faktor
yang di lalui obat :
1.
faktor
Farmasetik ; proses masuknya obat dlm tubuh,
2.
faktor
Farmakokinetik : proses
perjalanan obat dlm tubuh,
3.
faktor Farmakodinamik ; proses tentang efek dari kerja obat baik fisiologis
maupun biokimia,
4.
faktor
farmakoterapi ; proses
dlm pemberian obat sesuai dgn aturan dan dosis yg ada.
Ø Penggolongan
obat :
v Tujuan :
u/ peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan
distribusi yg terdiri dari :
1. obat
bebas,
2. obat
bebas terbatas,
3. obat wajib apotek,
4. obat keras,
5. psikotropika dan
6. narkotika.
Obat
bebas
Obat
bebas dijual di warung kelontong, toko obat berizin,
supermarket serta apotek.
Dalam pemakaiannya, penderita dpt membeli dlm
jumlah sangat sedikit saat obat diperlukan, jenis zat aktif pd obat golongan
ini relatif aman shg pemakainnya tdk memerlukan pengawasan tenaga medis selama
diminum sesuai petunjuk yg tertera pada kemasan obat.
Oleh
karena itu, sebaiknya golongan obat ini tetap dibeli bersama kemasannya.
Di
Indonesia, obat golongan ini ditandai dgn lingkaran berwarna hijau dgn garis
tepi berwarna hitam.
Termasuk
golongan obat ini yaitu obat analgetik/pain killer (parasetamol), vitamin
dan mineral.
Ada
juga obat-obat herbal tdk masuk dlm golongan ini, namun dikelompokkan sendiri
dlm obat tradisional (TR).
Obat
bebas terbatas
Obat
bebas terbatas obat yg sebenarnya
termasuk obat keras tetapi masih dpt dijual atau dibeli bebas tanpa resep
dokter, dan disertai dgn tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket
obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dgn garis tepi berwarna hitam.
Seharusnya
obat jenis ini hanya dpt dijual bebas di toko obat berizin (dipegang seorang
asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi jika ada
apoteker, no pharmacist no service), karena diharapkan pasien memperoleh
informasi obat yg memadai saat membeli obat bebas terbatas.
Contoh
obat golongan ini adalah: pain relief, obat batuk, obat pilek dan krim
antiseptik.
Obat
keras
Golongan
obat yg hanya boleh diberikan atas resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan
ditandai dgn tanda lingkaran merah dan terdapat huruf K di dalamnya. termasuk
golongan ini adalah beberapa obat generik dan Obat Wajib Apotek (OWA). Juga
termasuk didlmnya narkotika dan psikotropika tergolong obat keras.
Obat
psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yg
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yg
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contoh
: Diazepam, Phenobarbital
Obat
narkotika
Obat
narkotika : obat yg berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yg dpt menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri. Contoh : Morfin, Petidin
Catatan
:
Obat
bebas dan obat bebas terbatas, termasuk obat daftar W (Warschuwing) atau OTC
(over the counter).
Pada
obat bebas terbatas terdapat salah satu tanda peringatan nomor 1- 6.
Obat
keras nama lain yaitu obat daftar G (Gevarlijk), bisa diperoleh hanya dgn resep
dokter.
OWA
(obat wajib apoteker) yaitu obat keras yg dpt diberikan oleh apoteker pengelola
apotek (APA), hanya bisa didapatkan di apotek.
Obat
Analgetika dan Antipiretika :
Obat
yg mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kasadaran.
Sedangkan bila menurunkan panas disebut Antipiretika.
ObatAntimigrain :
Obat
yg mengobati penyakit berciri serangan-serangan
berkala dari nyeri hebat pada satu sisi
Obat
Anti Reumatik :
Obat
yg digunakan untuk mengobati atau menghilangkan rasa nyeri pada sendi/otot,
disebut juga anti encok.
Obat
anestetik
1. Anestetik
Lokal :
Obat yg merintangi secara reversible
penerusan impuls-impuls syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat) pd kegunaan lokal
dengan demikian dpt menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin.
2. Anestetika Umum :
Obat yg dpt menimbulkan suatu keadaan
depresi pada pusat-pusat syaraf tertentu yg bersifat reversible, dimana seluruh
perasaan dan kesadaran ditiadakan.
3. Hipnotika :
Obat yg dlm
dosis terapi dpt mempertinggi keinginan tubuh normal u/ tidur. Bila
dosis rendah disebut sedativa (obat pereda/penenang)
Obat
Anti Depresan :
Obat yg dpt memperbaiki suasana jiwa dpt
menghilangkan atau meringankan gejala-gejala keadaan murung yg tdk disebabkan
oleh kesulitan sosial, ekonomi dan obat-obatan serta penyakit.
Neuroleptika :
Obat yg dpt
menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu tanpa menekan fungsi-fungsi
umum seperti berfikir dan berkelakuan normal.
Obat
Antiepileptika :
Obat yg dpt
menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit gangguan syaraf yg
ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya disertai perubahan-perubahan
kesadaran.
Obat
Antiemetika :
Obat untuk mencegah / menghentikan muntah
akibat stimulasi pusat muntah yg disebabkan oleh rangsangan lambung usus, melalui
CTZ (Cheme Receptor Trigger Zone) dan melalui kulit otak.
Cara
penberian obat :
Oral
Sublingual
Inhalasi
Rektal
Pervaginam
Perenteral
Topikal/lokal
1. Oral
:
Adalah
obat yg cara pemberiannya melalui mulut.
keuntungan : pemberian ini relatif aman, praktis dan ekonomis.
Kelemahan
dari pemberian obat secara oral adalah efek yg timbul biasanya lambat,
tidak efektif jika pengguna sering
muntah-muntah, diare, tdk sabar, tdk kooperatif, kurang disukai jika rasanya
pahit.
Tidak
semua obat dapat diberikan per-oral, misalnya : Obat yg bersifat merangsang
(emetin, aminofilin) atau yg diuraikan oleh getah lambung (benzilpenisilin,
insulin dan oksitoksin).
Dapat
terjadi inaktivasi oleh hati sebelum diedarkan ke tempat kerjanya.
Dapat
juga u/ mencapai efek lokal misalnya : obat cacing, obat diagnostik u/
pemotretan lambung – usus
Baik sekali u/ mengobati infeksi usus.
Bentuk sediaan oral : Tablet, Kapsul, Obat
hisap, Sirup dan Tetesan.
Sublingual :
Cara
pemberiannya ditaruh di bawah lidah.
Tujuannya efek yg ditimbulkan bisa lebih cepat
karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit.
Kelebihan efek obat akan terasa lebih cepat dan
kerusakan obat pd saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dpt
dihindari.
Tidak
melalui hati sehingga tdk diinaktif
Dari selaput di bawah lidah langsung ke dlm
aliran darah, sehingga efek yg dicapai lebih cepat misalnya : Pada pasien
serangan Jantung dan Asma
Keberatannya kurang praktis u/ digunakan terus
menerus dan dpt merangsang selaput lendir mulut
Hanya
untuk obat yg bersifat lipofil
Bentuknya tablet kecil atau spray, contoh :
Isosorbid Tablet
Bucal :
Obat
diletakkan diantara pipi dan gusi
Obat
langsung masuk ke dalam aliran darah
Misalnya
obat u/ mempercepat kelahiran bila tdk ada kontraksi uterus, contoh : Sandopart
Tablet
Inhalasi :
Adalah
obat yg cara pemberiannya melalui saluran pernafasan.
Kelebihan
cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dpt
terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan dpt diberikan langsung
kepada bronkus.
Obat
yg diberikan dgn cara inhalasi dlm bentuk gas atau uap yg akan diabsorpsi dgn
cepat melalui alveoli paru-paru serta membran mukosa pd saluran pernapasan.
Bentuk
sediaan : Gas dan Zat padat, tetapi bisa juga mempunyai efek sistemik. Bentuk
inhalasi ini bisa dlm wadah yang diberi tekanan dan mengandung zat pemancur
(aerosol, cth : Alupent Metered Aerosol
Rectal :
Obat
yg cara pemberiannya melalui dubur atau anus.
Maksudnya adalah mempercepat kerja obat serta
bersifat lokal dan sistematik.
Baik
sekali u/ obat yg dirusak oleh asam lambung
Diberikan
u/ mencapai takaran yg cepat dan tepat
Efek
sistemiknya lebih cepat dan lebih besar bila dibandingkan dgn peroral,
berhubung pembuluh-pembuluh darah pertama.
Contoh : pada pengobatan
asma (amecain suppositoria) ; pada bayi (stesolid rectal, dlm pengobatan kejang
akut)
Bentuk
suppositoria dan clysma sering digunakan u/ efek lokal misalnya u/ wasir dan
laxativ
Pemberian
obat melalui rektal dpt dioleskan pada permukaan rektal berupa salep dan hanya
mempunyai efek lokal
Pervaginam
:
Pemberian
obat melalui rektal dpt dioleskan pada permukaan rektal berupa salep dan hanya
mempunyai efek lokal
Obat
diberikan melalui selaput lendir/mukosa vagina
Diberikan
pada antifungi dan anti kehamilan
Bentuknya : Tablet, Salep, Krim dan
Cairan bilasan
Parenteral
:
cara
pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan)
tetapi
langsung ke pembuluh darah/ jaringan
Tujuannya : agar dpt langsung menuju sasaran.
Kelebihannya bisa u/ pasien yg tdk sadar, sering muntah dan tdk kooperatif. Akan
tetapi pemberian obat dgn cara ini kurang aman karena jika sudah disuntikan ke
dlm tubuh tdk bisa dikeluarkan lagi jika
terjadi kesalahan.
v Jenis-
jenis pemberian parenteral
1. Intra
muskuler ( IM )
2. Intra
Vena ( IV )
3. Intra
cutan ( IC )
4. Sub
Cutan ( SC )
Persiapan pemberian obat melalui IV, IM, SC , dan iC :
1.
Spuit pd tempatnya.
2.
Obat-obatan yg diperlukan
3.
Nirbekken / bengkok
4.
Kapas alkohol
5.
Bak spuit steril
6.
Torniquet
( u/ intra vena )
7.
Tempat u/ menampung kotoran
8.
Perlak dan alasnya
9.
Gunting
10. Plester
11. Handscoen
Ø Intravena
(IV)
Pemberian obat
langsung pd pembuluh darah vena.
Tidak ada fase absorpsi dlm pemberian
obat secara intravena karena obat langsung masuk ke dlm vena, “onset of action”
cepat, efisien, bioavailabilitas 100 %, baik u/ obat yg menyebabkan iritasi
kalau diberikan dengan cara lain, biasanya berupa infus kontinu u/ obat yg
waktu-paruhnya pendek.
Pemberian obat melalui intravena (IV)
Peralatan disiapkan
Cuci tangan kemudian gunakan handscoen
Peralatan disiapkan
Cuci tangan kemudian gunakan handscoen
1.
Atur posisi pasien.
2.
Tentukan
dan cari vena yg akan ditusuk
3.
Pasang pengalas.
4.
Bila
vena sudah ditemukan misalnya basilika, atur lengan lurus dan pasang torniquet.
5.
sampai
vena benar-benar dpt dilihat dan diraba kemudian desinfeksi dgn menggunakan
kapas alkohol
6.
Siapkan
spuit yg sudah berisi obat.
7.
Bila
dlm tabung masih terdapat udara, maka udara harus dikeluarkan
8.
Pelan
tusukkan jarum kedlm vena dgn posisi jarum sejajar dengan vena dan lubang jarum
menghadap keatas
9.
U/ mencegah vena tdk bergeser tangan yg
tdk memegang spuit
dpt digunakan u/ menahan vena sampai jarum masuk vena.
10. Lakukan aspirasi.
11. Bila terisap darah berarti sudah didalam vena, jika tdk terisap/keluar
darah berarti belum didalam vena.
12. Bila sudah didalam vena maka lepaskan torniquet dan masukkan obat perlahan-lahan sampai habis.
13. Setelah obat masuk semua, segera cabut spuit dan buang
ditempat pembuangan sesuai prosedur.
14. Rapikan pasien dan atur dlm posisi yg nyaman.
15. Observasi keadaan pasien dan dokumentasikan.
Ø INTRA
MUSKULER ( IM )
Onset of action” pemberian obat secara
intramusculer bervariasi, berupa larutan dlm air yg lebih cepat diabsorpsi
daripada obat berupa larutan dlm minyak, dan juga obat dlm sediaan suspensi,
kemudian memiliki kecepatan penyerapan obat yg sangat tergantung pada besar
kecilnya partikel yg tersuspensi: semakin kecil partikel, semakin cepat proses
absorpsi .
Cara pemberian intra muskuler (IM)
1. Peralatan disiapkan
2. Cuci tangan kemudian gunakan handscoen
3. Tentukan lokasi penyuntikan, pilih area yg bebas dari
lesi, nyri tekan, bengkak dan radang.
4. Bersihkan kulit
dgn pengusapan antiseptika secara melingkar dari dlm
keluar
5. Siapkan spuit yg sudah berisi obat, buka penutup jarumnya dgn hati-hati,
dan keluarkan udara dlm spuit.
6. Gunakan tangan yy tdk memegang spuit u/ membentangkan kulit pada area yg akan ditusuk, pegang spuit antara jempol dan jari-jari kemudian tusukkan jarum
secara tegak lurus pada sudut 90o
7. Lakukan aspirasi
8. Bila terisap
darah, maka segera cabut spuit, buang dan ganti yg baru.
9. Bila tidak terisap darah, maka perlahan-lahan masukan
obat.
10. Bila obat sudah masuk semua, maka akan segera cabut spuit
dan dan lakukan masage pd area penusukan.
11. Rapikan pasien dan atur dlm posisi yg
nyaman.
12. Buang spuit pd tempat yg telah disediakan, bereskan
peralatan
13. Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda
Ø Pemberian obat melalui sub cutan
- Pemberian obat dibawah kulit
- Cuci tangan kemudian gunakan handscoen
3.
Peralatan
disiapkan
4.
Masukkan
obat dari vial atau ampul ke dlm tabung spuit dgn cara yg benar
- Beritahu pasien
- Atur dlm posisi
- Pilih area tubuh yg akan disuntik
- kemudian Bersihkan kulit dgn pengusapan antiseptika secara melingkar dari dalam keluar
- Siapkan spuit, lepaskan penutup secara tegak lurus sambil dan keluarkan udara dari spuit
- Pegang spuit dgn salah satu tangan antara jempol dan jari-jari pada area injeksi dgn telapak tangan menghadap kearah samping atau keatas untuk kemiringan 450
- Gunakan tangan yg tdk memegang spuit u/ mengangkat dan merentangkan kulit, lalu secara hati-hati dan mantap tangan yg lain menusukkan jarum.
- Lakukan aspirasi, bila muncul darah, maka segera cabut spoit u/ dibuang dan diganti dgn spuit baru.
- Bila tdk ada darah, maka pelan-pelan dorong obat ke
dlm jaringan
Cabut spuit lalu usap dan massage pada area injeksi. - Bila tempat penusukan mengeluarkan darah maka tekan area tusukan dgn kasa steril kering sampai perdarahan berhenti.
- Buang spuit pada tempat yg telah disediakan, bereskan peralatan
- Rapikan pasien dan atur dalam posisi yg enak
- Cuci tangan
- Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda
- Kaji keefektifan obat.
Ø Pemberian obat melalui intra cutan
1. Cuci tangan kemudian gunakan handscoen
2. Peralatan disiapkan
3. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
4. Pilih area tubuh yang akan disuntik,misalnya lengan kanan
dan lakukan desinfeksi dengan pengusapan antiseptika secara melingkar dari dalam kedalam keluar
5. Pegang erat lengan pasien dgn tangan kiri anda dan tangan
yg satunya memegang spoit kearah klien
6. Tusukkan spoit dgn sudut 15o pada epidermis
kemudian teruskan sampai dermis lalu dorong cairan obatnya.
7. Obat ini akan menimbulkan tonjolan dibawah permukaan
kulit
8. Cabut spoit, usaplah pelan-pelan area penyuntikan dengan kapas antiseptik tanpa memberikan
massage(massage dapat menyebabkan oabt masuk kejaringan atau keluar melalui
lubang bekas tusukan)
9. Buang spuit pada tempat yang telah disediakan, bereskan
peralatan
10. Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang enak
Cuci tangan
Cuci tangan
11. Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda
TOPIKAL
Adalah
obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, salep, tetes
telinga dan lain-lain.
Prinsip pemberian obat
8 B + 1 W
Benar : Pasien
Obat
Dosis
Waktu
Cara
Dokumentasi
Kadaluarsa
Informasi
W : waspada terhadap efek samping