Sabtu, 05 Januari 2013

macam-macam obat


Pengenalan obat

Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan  untuk menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia’.
  Farmakologi adalah ilmu pengetahuan yg berhubungan dengan obat-obatan/ ilmu yg mempelajari tentang obat
  Beberapa ilmu yg terkait dlm farmakologi  meliputi Farmakodinamika, Farmakokinetika, Farmakoterapi , Farmakognosi, Toksikologi dan Farmasetik.
Ø  4 faktor yang di lalui obat :

1.    faktor Farmasetik  ; proses masuknya obat dlm tubuh,
2.    faktor Farmakokinetik : proses perjalanan obat dlm tubuh,
3.     faktor Farmakodinamik ; proses tentang efek dari kerja obat baik fisiologis maupun biokimia,
4.    faktor farmakoterapi ; proses dlm pemberian obat sesuai dgn aturan dan dosis yg ada.

Ø  Penggolongan obat :
v  Tujuan  :
    u/ peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yg terdiri dari :
1.    obat bebas,
2.    obat bebas terbatas,
3.     obat wajib apotek,
4.     obat keras,
5.     psikotropika dan
6.     narkotika.

  Obat bebas
  Obat bebas  dijual  di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket serta apotek.
   Dalam pemakaiannya, penderita dpt membeli dlm jumlah sangat sedikit saat obat diperlukan, jenis zat aktif pd obat golongan ini relatif aman shg pemakainnya tdk memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yg tertera pada kemasan obat.
Oleh karena itu, sebaiknya golongan obat ini tetap dibeli bersama kemasannya.
  Di Indonesia, obat golongan ini ditandai dgn lingkaran berwarna hijau dgn garis tepi berwarna hitam.
  Termasuk golongan obat ini yaitu obat analgetik/pain killer (parasetamol), vitamin dan mineral.
  Ada juga obat-obat herbal tdk masuk dlm golongan ini, namun dikelompokkan sendiri dlm obat tradisional (TR).

  Obat bebas terbatas
  Obat bebas terbatas  obat yg sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dpt dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dgn tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dgn garis tepi berwarna hitam.
  Seharusnya obat jenis ini hanya dpt dijual bebas di toko obat berizin (dipegang seorang asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker, no pharmacist no service), karena diharapkan pasien memperoleh informasi obat yg memadai saat membeli obat bebas terbatas.
Contoh obat golongan ini adalah: pain relief, obat batuk, obat pilek dan krim antiseptik.
  Obat keras
  Golongan obat yg hanya boleh diberikan atas resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan ditandai dgn tanda lingkaran merah dan terdapat huruf K di dalamnya. termasuk golongan ini adalah beberapa obat generik dan Obat Wajib Apotek (OWA). Juga termasuk didlmnya narkotika dan psikotropika tergolong obat keras.
  Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yg berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yg menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
  Contoh : Diazepam, Phenobarbital
  Obat narkotika
  Obat narkotika : obat yg berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yg dpt  menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri. Contoh : Morfin, Petidin
Catatan :
  Obat bebas dan obat bebas terbatas, termasuk obat daftar W (Warschuwing) atau OTC (over the counter).
  Pada obat bebas terbatas terdapat salah satu tanda peringatan nomor 1- 6.
  Obat keras nama lain yaitu obat daftar G (Gevarlijk), bisa diperoleh hanya dgn resep dokter.
  OWA (obat wajib apoteker) yaitu obat keras yg dpt diberikan oleh apoteker pengelola apotek (APA), hanya bisa didapatkan di apotek.
Berikut ini adalah obat yang bekerja di SSP :
  Obat Analgetika dan Antipiretika :
Obat yg mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kasadaran. Sedangkan bila menurunkan panas disebut Antipiretika.
   ObatAntimigrain :
Obat yg mengobati penyakit berciri serangan-serangan  berkala dari nyeri hebat pada satu sisi
  Obat Anti Reumatik :
Obat yg digunakan untuk mengobati atau menghilangkan rasa nyeri pada sendi/otot, disebut juga anti encok.
  Obat anestetik
1.    Anestetik Lokal :
    Obat yg merintangi secara reversible penerusan impuls-impuls syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat) pd kegunaan lokal dengan demikian dpt menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin.
2.     Anestetika Umum :
    Obat yg dpt menimbulkan suatu keadaan depresi pada pusat-pusat syaraf tertentu yg bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan.
3.     Hipnotika :
    Obat yg dlm  dosis terapi dpt mempertinggi keinginan tubuh normal u/ tidur. Bila dosis rendah disebut sedativa (obat pereda/penenang)

  Obat Anti Depresan :
   Obat yg dpt memperbaiki suasana jiwa dpt menghilangkan atau meringankan gejala-gejala keadaan murung yg tdk disebabkan oleh kesulitan sosial, ekonomi dan obat-obatan serta penyakit.
   Neuroleptika :
   Obat yg dpt  menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu tanpa menekan fungsi-fungsi umum seperti berfikir dan berkelakuan normal.

  Obat Antiepileptika :
   Obat yg dpt  menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit gangguan syaraf yg ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya disertai perubahan-perubahan kesadaran.
  Obat Antiemetika :
   Obat untuk mencegah / menghentikan muntah akibat stimulasi pusat muntah yg disebabkan oleh rangsangan lambung usus, melalui CTZ (Cheme Receptor Trigger Zone) dan melalui kulit otak.
  Cara penberian obat :
  Oral
  Sublingual
  Inhalasi
  Rektal
  Pervaginam
  Perenteral
  Topikal/lokal
1.    Oral :
  Adalah obat yg cara pemberiannya melalui mulut.
   keuntungan : pemberian  ini relatif aman, praktis dan ekonomis.
  Kelemahan dari pemberian obat secara oral adalah efek yg timbul biasanya lambat,
   tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tdk sabar, tdk kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit.
  Tidak semua obat dapat diberikan per-oral, misalnya : Obat yg bersifat merangsang (emetin, aminofilin) atau yg diuraikan oleh getah lambung (benzilpenisilin, insulin dan oksitoksin).
  Dapat terjadi inaktivasi oleh hati sebelum diedarkan ke tempat kerjanya.
  Dapat juga u/ mencapai efek lokal misalnya : obat cacing, obat diagnostik u/ pemotretan lambung – usus
   Baik sekali u/ mengobati infeksi usus.
   Bentuk sediaan oral : Tablet, Kapsul, Obat hisap, Sirup dan Tetesan.
Sublingual :
  Cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah.
   Tujuannya   efek yg ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit.
  Kelebihan  efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pd saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dpt dihindari.
  Tidak melalui hati sehingga tdk diinaktif
   Dari selaput di bawah lidah langsung ke dlm aliran darah, sehingga efek yg dicapai lebih cepat misalnya : Pada pasien serangan Jantung dan Asma
   Keberatannya kurang praktis u/ digunakan terus menerus dan dpt merangsang selaput lendir mulut
  Hanya untuk obat yg bersifat lipofil
 Bentuknya tablet kecil atau spray, contoh : Isosorbid Tablet
Bucal :
  Obat diletakkan diantara pipi dan gusi
  Obat langsung masuk ke dalam aliran darah
  Misalnya obat u/ mempercepat kelahiran bila tdk ada kontraksi uterus, contoh : Sandopart Tablet
Inhalasi :
  Adalah obat yg cara pemberiannya melalui saluran pernafasan.
  Kelebihan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dpt terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan dpt diberikan langsung kepada bronkus.
  Obat yg diberikan dgn cara inhalasi dlm bentuk gas atau uap yg akan diabsorpsi dgn cepat melalui alveoli paru-paru serta membran mukosa pd saluran pernapasan.
  Bentuk sediaan : Gas dan Zat padat, tetapi bisa juga mempunyai efek sistemik. Bentuk inhalasi ini bisa dlm wadah yang diberi tekanan dan mengandung zat pemancur (aerosol, cth : Alupent Metered Aerosol
Rectal :
  Obat yg cara pemberiannya  melalui dubur atau anus.
   Maksudnya adalah mempercepat kerja obat serta bersifat lokal dan sistematik.
  Baik sekali u/ obat yg dirusak oleh asam lambung
  Diberikan u/ mencapai takaran yg cepat dan tepat
  Efek sistemiknya lebih cepat dan lebih besar bila dibandingkan dgn peroral, berhubung pembuluh-pembuluh darah pertama.
Contoh : pada pengobatan asma (amecain suppositoria) ; pada bayi (stesolid rectal, dlm pengobatan kejang akut)
  Bentuk suppositoria dan clysma sering digunakan u/ efek lokal misalnya u/ wasir dan laxativ
  Pemberian obat melalui rektal dpt dioleskan pada permukaan rektal berupa salep dan hanya mempunyai efek lokal

Pervaginam :
  Pemberian obat melalui rektal dpt dioleskan pada permukaan rektal berupa salep dan hanya mempunyai efek lokal
  Obat diberikan melalui selaput lendir/mukosa vagina
  Diberikan pada antifungi dan anti kehamilan
   Bentuknya : Tablet, Salep, Krim dan Cairan        bilasan
Parenteral :
  cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan)
  tetapi langsung ke pembuluh darah/ jaringan
  Tujuannya  : agar dpt langsung menuju sasaran. Kelebihannya bisa u/ pasien yg tdk sadar, sering muntah dan tdk kooperatif. Akan tetapi pemberian obat dgn cara ini kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dlm  tubuh tdk bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan.
v  Jenis- jenis pemberian parenteral
1.    Intra muskuler ( IM )
2.    Intra Vena ( IV )
3.    Intra cutan ( IC )
4.    Sub Cutan ( SC )

Persiapan pemberian obat melalui IV, IM, SC , dan iC :
1.      Spuit pd tempatnya.
2.      Obat-obatan yg diperlukan
3.      Nirbekken / bengkok
4.      Kapas alkohol
5.      Bak spuit steril
6.      Torniquet  ( u/ intra vena )
7.      Tempat u/ menampung kotoran
8.      Perlak dan alasnya
9.      Gunting
10.   Plester
11.   Handscoen
Ø  Intravena (IV)
Pemberian obat langsung pd pembuluh darah vena.
Tidak ada fase absorpsi dlm pemberian obat secara intravena karena obat langsung masuk ke dlm vena, “onset of action” cepat, efisien, bioavailabilitas 100 %, baik u/ obat yg menyebabkan iritasi kalau diberikan dengan cara lain, biasanya berupa infus kontinu u/ obat yg waktu-paruhnya pendek.
Pemberian obat melalui intravena (IV)
Peralatan disiapkan
Cuci tangan kemudian gunakan handscoen
1.    Atur posisi pasien.
2.    Tentukan dan cari vena yg akan ditusuk
3.    Pasang pengalas.
4.    Bila vena sudah ditemukan misalnya basilika, atur lengan lurus dan pasang torniquet.
5.    sampai vena benar-benar dpt dilihat dan diraba kemudian desinfeksi dgn menggunakan kapas alkohol
6.    Siapkan spuit yg sudah berisi obat.
7.    Bila dlm tabung masih terdapat udara, maka udara harus dikeluarkan
8.    Pelan tusukkan jarum kedlm vena dgn posisi jarum sejajar dengan vena dan lubang jarum menghadap keatas
9.    U/ mencegah vena tdk bergeser tangan yg tdk memegang spuit dpt digunakan u/ menahan vena sampai jarum masuk vena.
10. Lakukan aspirasi.
11. Bila terisap darah berarti sudah didalam vena, jika tdk terisap/keluar darah berarti belum didalam vena.
12. Bila sudah didalam vena maka lepaskan torniquet dan masukkan obat perlahan-lahan sampai habis.
13. Setelah obat masuk semua, segera cabut spuit dan buang ditempat pembuangan sesuai prosedur.
14. Rapikan pasien dan atur dlm posisi yg nyaman.
15. Observasi keadaan pasien dan dokumentasikan.
Ø  INTRA MUSKULER ( IM )
Onset of action” pemberian obat secara intramusculer bervariasi, berupa larutan dlm air yg lebih cepat diabsorpsi daripada obat berupa larutan dlm minyak, dan juga obat dlm sediaan suspensi, kemudian memiliki kecepatan penyerapan obat yg sangat tergantung pada besar kecilnya partikel yg tersuspensi: semakin kecil partikel, semakin cepat proses absorpsi .

Cara pemberian intra muskuler (IM)
1.    Peralatan disiapkan
2.    Cuci tangan kemudian gunakan handscoen
3.    Tentukan lokasi penyuntikan, pilih area yg bebas dari lesi, nyri tekan, bengkak dan radang.
4.     Bersihkan kulit dgn pengusapan antiseptika secara melingkar dari dlm  keluar
5.    Siapkan spuit yg sudah berisi obat, buka penutup jarumnya dgn hati-hati, dan keluarkan udara dlm spuit.
6.    Gunakan tangan yy tdk  memegang spuit u/ membentangkan kulit pada area yg akan ditusuk, pegang spuit antara jempol dan jari-jari kemudian tusukkan jarum secara tegak lurus pada sudut 90o
7.    Lakukan aspirasi
8.     Bila terisap darah, maka segera cabut spuit, buang dan ganti yg baru.
9.    Bila tidak terisap darah, maka perlahan-lahan masukan obat.
10. Bila obat sudah masuk semua, maka akan segera cabut spuit dan dan lakukan masage pd area penusukan.
11. Rapikan pasien dan atur dlm posisi yg nyaman.
12. Buang spuit pd tempat yg telah disediakan, bereskan peralatan
13. Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda

Ø  Pemberian obat melalui sub cutan
  1. Pemberian obat dibawah kulit
  2. Cuci tangan kemudian gunakan handscoen
3.    Peralatan disiapkan
4.    Masukkan obat dari vial atau ampul ke dlm tabung spuit dgn cara yg benar
  1. Beritahu pasien
  2.  Atur dlm posisi
  3. Pilih area tubuh yg akan disuntik
  4. kemudian Bersihkan kulit dgn pengusapan antiseptika secara melingkar dari dalam keluar
  5. Siapkan spuit, lepaskan penutup secara tegak lurus sambil dan keluarkan udara dari spuit
  6. Pegang spuit dgn salah satu  tangan antara jempol dan jari-jari pada area injeksi dgn  telapak tangan menghadap kearah samping atau keatas untuk kemiringan 450
  7. Gunakan tangan yg tdk memegang spuit u/ mengangkat dan merentangkan kulit, lalu secara hati-hati dan mantap tangan yg lain menusukkan jarum.
  8. Lakukan aspirasi, bila muncul darah, maka segera cabut spoit u/ dibuang dan diganti dgn spuit baru.
  9. Bila tdk ada darah, maka pelan-pelan dorong obat ke dlm jaringan
    Cabut sp
    uit lalu usap dan massage pada area injeksi.
  10. Bila tempat penusukan mengeluarkan darah maka tekan area tusukan dgn kasa steril kering sampai perdarahan berhenti.
  11. Buang spuit pada tempat yg telah disediakan, bereskan peralatan
  12. Rapikan pasien dan atur dalam posisi yg enak
  13. Cuci tangan
  14. Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda
  15. Kaji keefektifan obat.

Ø  Pemberian obat melalui intra cutan
1.    Cuci tangan kemudian gunakan handscoen
2.    Peralatan disiapkan
3.    Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
4.    Pilih area tubuh yang akan disuntik,misalnya lengan kanan dan lakukan desinfeksi dengan pengusapan antiseptika secara melingkar dari dalam kedalam keluar
5.    Pegang erat lengan pasien dgn tangan kiri anda dan tangan yg satunya memegang spoit kearah klien
6.    Tusukkan spoit dgn sudut 15o pada epidermis kemudian teruskan sampai dermis lalu dorong cairan obatnya.
7.    Obat ini akan menimbulkan tonjolan dibawah permukaan kulit
8.    Cabut spoit, usaplah pelan-pelan area penyuntikan dengan kapas antiseptik tanpa memberikan massage(massage dapat menyebabkan oabt masuk kejaringan atau keluar melalui lubang bekas tusukan)
9.    Buang spuit pada tempat yang telah disediakan, bereskan peralatan
10. Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang enak
Cuci tangan
11. Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda

TOPIKAL
  Adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, salep, tetes telinga dan lain-lain.
Prinsip pemberian obat
8 B + 1 W
Benar :     Pasien
                  Obat
                        Dosis
                        Waktu
                        Cara
                        Dokumentasi
                        Kadaluarsa
                        Informasi
W :                        waspada terhadap efek samping




pengunjung

free hit counter